Wednesday, March 12, 2014

Jagung Adalah Kunci


Coba Anda lakukan pencarian lewat mesin peramban Google dengan kata kunci makanan pokok NTT. Maka posisi teratas akan menemukan jagung sebagai makanan pokok warga provinsi NTT. Provinsi berpenduduk 4.899.260  jiwa ini pantas saja mengandalkan jagung kemudian diikuti oleh ubi sebagai sumber makanan pokok. Faktor ketersedian lahan basah untuk menanam padi tidak seperti di Jawa.

Saya pernah menulis tentang jagung sebagai sumber makanan pokok masyarakat NTT, yakni Jagung Bose yang Tiga Kali Harga Beras. Setahun lebih berlalu dari menulis itu, 19 Desember 2013 saya ada kesempatan lagi mengunjungi Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur. Baliho kampanye bangga konsumsi pangan lokal memang sudah tak nampak lagi di perempatan jalan W. J. Lalamentik dan El Tari. Mungkin program itu sudah berhasil.

Sehari berselang ada tugas mengantar mertua ke pasar yang berniat menyiapkan kebutuhan dapur dan meja makan menjelang natal, terlebih lebih lagi menantu datang dari jauh. Pilihan belanja jatuh ke Pasar Inpres dengan alasan sudah langganan dan tawar menawar harga. “Maklum menjelang hari raya natal harga suka mulai ngawur,” kata mama. Tanpa menolak saya bergegas mengarahkan kemudi ke pasar yang terletak di bilangan Naikoten. Saya selalu semangat jika pergi ke pasar tradisional, di sana bisa jadi cermin kehidupan masyarakat umumnya, apalagi makanan lokal. Pola interaksi dan transaksi ada di sana. Tindakan jujur dan adil salah satunya ada di pasar.

Entah benar atau salah, aturan bahwa yang terjangkau yang akan dikonsumsi. Semakin mahal semakin dihindari agar dapur tetap mengepul. Di lapak penjual beras di antara karung-karung beras, ada kacang dan jagung. Saya tergoda tanya harga beras disela-sela transaksi jagung yang kelak akan kami masak dan menyantap dengan ikan.  Beras dengan kualitas baik dibandrol Sembilan ribu per kilo. Masih tetap lebih mahal harga jagung yang nota bene makanan pokok masyarakat NTT yang dijual 12 ribu per kiloa.

Biar saja baliho kampanye ajakan untuk kembali ke pangan lokal berganti tema yang lain dengan menyematkan gambar pak gubernur dan wakil. Pasar Inpres yang berjarak tak lebih dari kantor gubernur NTT bisa jadi penanda pangan lokal masih murah. Memang pilihan konsumsi bahan pangan ada di tangan masyarakat. Tapi pilihan itu jatuh bergantung pada kondisi kantong masing-masing. Jadi pilhan untuk percaya atau tidak pada ujaran-ujaran petinggi dan kampanye juga terserah masyarakat? Kalau saya lebih percaya ketika jagung lebih murah dari beras yang datangnya dari luar NTT. Harga jagung yang lebih murah bikin bahagia dan bangga ketika makan. Karena Jagung adalah kunci.