Saturday, February 4, 2012

Hidup Ini Jangan Dibawa Susah #ODHA

“Hidup ini jangan dibawa susah, semua ntar juga mati”, kata seorang pemuda ke gadis yang duduk di berjarah dua bangku dari saya. Di rumah sakit bilangan Jakarta Timur, siang ini saya sedang antri periksa jempol kaki kiri karena kuku terlepas awal Januari lalu saat mengurus kargo sepeda motor di Stasiun Senen. Puji Tuhan luka di jempol sudah kering, tapi kondisinya botak karena kuku sudah lepas. Tapi menurut dokter butuh perawatan khusus untuk menghindari kotoran masuk melalui rongga bekas kontur kuku.

Mendengar pembicaraan pemuda itu, saya tertarik untuk tau apa gerangan sakit pemuda ini kok sampai bawa-bawa kata ‘mati’. Setelah terlibat pembicaraan dengan pemuda, yang sebut saja namanya Benjol, saya tau kalau dia adalah ODHA. Istilah yang pada era ini sudah tidak asing lagi, yakni Orang Dengan HIV Aids. Rupanya hari ini jadwal rutin dia untuk memeriksakan diri dan mengambil obat. Melalui rumah sakit ini dia bisa memperoleh akses perawatan untuk monitoring kondisi kesehatan dan mendapat obat yang harus dia konsumsi seumur hidup. Dia mengaku sudah sering megalami kondisi drop. Hal ini ditunjukkan dengan parameter hasil pemeriksaan CD4 di bawah angka 25. Setahu saya kondisi bisa drop karena daya tahan tubuh masing-masing berbeda, pola hidup yang yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, konsumsi narkoba, lingkungan yang mengakibatkan mudah terpapar polusi, dan makanan yang tidak sehat.
Setelah saya selesai menjalani pemeriksaan, saya kembali duduk bersama Benjol sambil menunggu sang dokter dating. Pikir saya dia sudah selesai, tapi dia mesti ambil obat dia bagian depo obat. Rasa ingin tahu membuat saya ikuti dia sambil ngobrol-ngobrol tentang muasal dia bisa terindikasi HIV. Ia mengaku awalnya karena perilaku penyalahgunaan narkoba dengan alat suntik. Wow, rupanya dia pengguna putaw. Memang situasi yang sulit untuk bisa bebas dari jerat putaw, karena saya pernah ada di sana cukup lama. Ini bukan suatu kesombongan bisa lepas dari jerat narkoba, tapi sesuatu yang patut disyukuri dan diperjuangkan karena mengingat tidak mudah lepas. Puji Tuhan, saya bisa lewati masa-masa sulit untuk lepas. Ini berkat dukungan dan doa keluarga, lingkungan dan orang yang sangat mencintai saya sehingga saya tidak jatuh lebih dalam lagi. Memperhatikan Benjol secara fisik dan pemilihan gaya bahasanya mengingatkan saya tempo dulu  Inilah yang membuat saya selalu dalam posisi empati dan simpati kepada korban narkoba. Saran saya buat teman-teman yang masih terlibat dengan narkoba, berhenti sekarang atau nanti mati sebagai pecundang.

Pasien yang menunggu antrian mendapat Anti Retroviral Virul (ARV) sekitar 15 orang. Diantaranya yang antri bukan penderita langsung, tapi ada sanak saudara ODHA, atau bahkan untuk dirinya dan pasangannya sekaligus yang sudah tidak bisa lagi datang berobat karena kondisi fisik yang tidak mampu jalan. Setelah menunggu sekitar 45 menit untuk proses verifikasi data dan pembuktian secara fisik untuk obat yang tersisa pada bulan sebelumnya, akhirnya Benjol memperoleh obat untuk durasi satu bulan. Itu yang setiap bulan harus dia lalui agar dapat pertahankan kondisi fisiknya. Tiap hari harus minum obat dua kali tepat waktu. Jadi ingat dengan pengakuan Dahlan Iskan yang saat ini menjabat Menteri BUMN juga harus minum obat setiap hari pukul 5 pagi sebagai konektor ‘hati baru’ setelah menjalani transplantasi hati. Hampir tidak ada beda dalam pola minum obat, sama saja.

Serangkaian prosedur pemeriksaan dan memperoleh obat yang diakses oleh ODHA dengan mudah tentu telah melalui proses pengkajian dan advokasi oleh pihak-pihak pemangku kepentingan dan penggiat HIV AIDS. Penting bagi semua pihak untuk menjaga komitment, baik untuk menyediakan layanan, advokasi untuk menekan akan prevelansi HIV AIDS. Demikian juga ODHA sendiri untuk menjaga kesehatan dengan menjalankan pola hidup sehat, yakni makan makanan sehat, vitamin, olah raga dan menjaga sanitasi lingkungan yang bersih. Oh iya, jangan lupa buang sampah dan bekas obat di tempatnya ya kawan . Memang standart hidup yang sehat tidak lepas dari kemampuan sumber daya yang baik. Bayangkan saja seandainya orang tidak lagi punya pilihan untuk hidup di lingkungan kumuh dan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja masih belum mampu. Maka yang akan dikorbankan adalah biaya pendidikan keluarganya dan kesehatan. Maka usaha mandiri ODHA untuk mencapai standart hidup layak dari segi kesehatan akan sia-sia. Dibutuhkan usaha yang integratif dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA, dari segi sanitasi dan pembangunan perekonomian, hingga akhirnya usaha penanggulangan HIV juga akan berjalan maksimal. Masih banyak penggiat pekerjaan sosial yang bisa lakukan untuk mensuport ODHA dengan beberapa pendekatan pembangunan, yakni kesehatan dan perekonomian. Tetap semangat untuk teman-teman ODHA karena kalian tidak akan berjalan sendiri. YNWA.