
Bagi penerbit buku teologi yang di Indonesia jumlahnya bisa dihitung dengan jari tangan dilihat sebagai moment yang tidak bisa dilewatkan untuk melakukan jemput bola untuk memenuhi demand mahasiswa.
Penerbit buku yang menerbitan penulis asli Indonesia dan hasil terjemahan penulis asing tersebut menawarkan dengan diskon 30%. Model penjualan yang lumrah diakukan oleh penerbit. Pilihan penerbit untuk memberikan nilai lebih pada pembeli adalah dengan diskon. Namun fakta membuktikan sumber pembiayaan mereka adalah dari orang tua, pribadi atau lembaga. Sangat jarang mahasiswa teologi yang tinggal di asrama dapat melakukan side job untuk mendapatkan tambahan biaya memenuhi kebutuhannya. Hidup sederhana dan bersahaja adalah model sekolah teologi yang mewajibkan mahasiswanya tinggal di asrama. Jika ada yang berlebihan tentunya itu anugrah, dan prinsip berbagi dengan tentunya harus dipraktekkan dalam hidup berteologi sejak di kampus.”Mengapa tidak memilih cara yang lebih kreatif?”, pikir saya. Mungkin bisa diasumsikan yang mampu membeli buku untuk sebuah prestise, karena ikut-ikutan sesama mahasiswa beli buku dan memenuhi rak buku di masing-masing kamar asrama. Tapi bagi yang tidak memiliki cukup biaya, tapi memang benar-benar tertarik untuk belajar dan tahu isi pikiran penulis hanya bisa menelan air liur dan berharap ada teman yang mau meminjamkan. Memang perjuangan untuk menjadi sarjana teologi sangat berat. Usaha akhir yang bisa dilakukan adalah meminjam di perpustakaan jika selalu memperbarui koleksi bukunya, atau bisa juga kepada dosen.
Nilai lebih dengan pemberian diskon bagi mahasiswa dan penerbit itu sendiri kurang terasa gregetnya jika dibandingkan dengan pemberian buku secara langsung dan gratis kepada mahasiswa yang memang berminat untuk baca. Biasanya mahasiswa jika menyampaikan pendapatnya di kelas suka melandasakan pada literatur yang dia baca. Jadi secara tidak langsung proses branding telah dimulai ketika itu. Jadi benefitnya adalah, penerbit ikut ambil bagian dalam membantu proses belajar mahasiswa, penerbit tidak perlu menjatuhkan image bahwa buku teologi adalah identik dengan diskonan, dan terakhir belajar teologi adalah suatu prestise tersendiri karena dari segi keilmuan tidak kalah dengan disiplin ilmu yang lain. Hal yang lebih signifikan adalah melakukan approaching dengan sponsor mahasiswa.
No comments:
Post a Comment