15 hari sudah meninggalkan bulan Januari 2010. Namun tersisa kegilaan yang telah saya lakukan bulan lalu. Salah satunya berduaan dengan Jeyson menyaksikan partai derby Arema melawan Persema pada 10 Januari. Partai itu melahirkan fakta:
- Arema menang 3-1 atas Persema. Meski sebelumya sempat tertinggal 0-1 akibat salah komunikasi barisan pertahanan Arema di menit 15 oleh Jairon Feliciano.
- Panpel Arema memecahkan rekor pendapatan dari partai tersebut dengan tembus angka 1 Milyar.
- Panpel masih menjalani proses banding atas tuduhan penyuapan terhadap sangsi hukuman komdis PSSI akibat rasisme dan penonton yang meluber hingga ke lapangan.
Untuk pertama kalinya untuk Jeyson duduk di tribun sepak bola.
Menyaksikan sepak bola secara langsung di tribun bersama anak seumuran Jeyson (5 tahun) ada tantangan tersendiri. Berikut beberapa tips yang akan saya bagikan:
- Berikan pemahaman pada si kecil bahwa harus memiliki tiket saat akan masuk stadion.
- Pastikan bahwa si anak cukup paham tim apa yang akan berhadapan. Misalnya warna kostum tim yang akan berhadapan.
- Tunjukkan waktu pada jam tangan atau telpon genggam saat kick off akan dimulai. Biasanya anak merasa bosan, oeh karena itu perlu diberitahu jam akan mulai dan berakhirnya.
- Perhatikan saat feeding dan sleeping untuk si kecil. Kalau lengah bisa gawat dan bisa-bisa ngambek. Kalau memang ngantuk harus kita pangku demi kenyamanan kita menonton. Pastikan untuk membawa makanan kecil dan minuman untuk si kecil.
- Pastikan mudah untuk mencapai akses ke kamar kecil. Kalau hanya berdua si kecil, jangan lupa menitipkan tempat duduk Anda ke penonton di sebelah kalau tidak mau diserobot orang lain. Harap diingat disini tiket sepak bola tidak ada seat number.
- Anda harus paham tim lawan yang menjadi public enemies suporter karena sangat mungkin muncul cemoohan, makian dan hujatan. Partai ini yang menjadi musuh utama adalah Suroso, mantan defender Arema yang saat ini berkostum Persema. Ada teriakan, ”Suroso J!@##k”. Si kecil tentunya mendengar, namun tentunya samar. Pengalaman saya, Jeyson bertanya, ”Mengapa Suroso di bilang Ngantuk?” ”Ya, dia selalu salah passing bola” jawab saya. Jadi Pandai-pandailah memelesetkan setiap makian. Si kecil pasti mudah menyerap setiap suara di stadion. Kalau memang si kecil sempat menangkap dengan jelas, berilah pemahaman yang benar tentang perilaku tersebut. No Racism. (yang ini PSSI perlu menjelaskan lagi tentang rasisme, karena ungkapan pisuhan dalam masyarakat sudah lumrah)
- Terakhir adalah bersiap memberi pemahaman bahwa kalah menang di pertandingan itu biasa. Mendukung tim kesayangan bukan berarti merusak. Jika kalah akuilah dengan legowo. Jika menang syukurilah itu sebagai anugrah, kerja keras dan jangan jumawa.
Mengutip pernyataan seorang rekan pendukung Liverpool, ”Mendukung tim kesayangan saat menang adalah biasa, tapi mendukung saat tim terpuruk menunjukkan karakter kita sesungguhnya.” Berharap kita berdua bisa ada lagi di tribune Kanjuruhan tanggal 21 Februari saat Arema melawan Persebaya, tim asal Surabaya, kota kelahiranku. Satu Jiwa - Arema Indonesia
*saya dedikasikan untuk jagoanku, Jeyson Marhens Prasetyo
No comments:
Post a Comment