Merasa jengkel karena lawan bicara tidak acuh ketika menyapa
pasti bukan saya saja yang pernah merasakan. Tolong beritahu saya bila Anda
tidak pernah mengalami perlakuan tersebut. Suatu waktu saya pernah pergi ke
jasa cuci pakaian di daerah Proklamasi. Mas pemilik jasa cuci setrika baju tak
ada ditempat seperti biasanya. Yang ada hanya seorang ibu yang sibuk setrika
baju dan seorang anak yang sedang bermain. Setelah menyelesaikan urusan dengan
si anak kecil, lantas saya pamit dengan menyampaikan kata terima kasih ke
mereka berdua. Si anak menjawab dengan santun, “silakan Pak, sama-sama terima
kasih”. Namun tidak dengan si Ibu, yang hanya melirik tanpa sepatah kata
terucap. Dalam hati saya, mungkin dia tidak dengar. Tapi mana mungkin, suara saya
cukup keras menyapa. Atau dia sedang ada masalah pribadi, tapi entahlah itu
bukan urusan saya, terpenting saya tetap menyapa. Bagi saya jengkel pasti, tapi entah karena saya merasa diacuhkan atau saya sendiri sedang dalam masalah hehehhe.
Selang beberapa bulan, suatu malam saya berjanji akan
mengambil cucian lewat jam operasional dan minta tolong ke si Mas pemilik untuk
bisa saya ambil karena ada beberapa lembar pakaian yang harus saya gunakan saat
di luar kota keesokan hari. Ketika di pintu masuk kios seukuran tiga kali empat
meter saya melihat si Ibu yang beberapa waktu lalu tak acuh ke saya sedang
sibuk menyelesaikan baju-baju saya. Saya utarakan maksud kedatangan saya kalau
akan mengambil baju, tapi kalau belum selesai saya akan tunggu, jadi silakan
diselesaikan saja tidak masalah. Saya langsung terkaget ketika ia menjawab
dengan tidak jelas dan tersadar kalau si Ibu ternyta tuna wicara. Saya coba
tangkap masudnya kalau sebentra dia sedang selesaikan pakaian saya.
Selama ini saya menilai berdasarkan pengalaman perjumpaan pertama dengan dia, bahwa dia tak acuh dengan saya. Tapi dibalik itu ada situasi yang tidak saya mengerti. Ini pelajaran penting bagi saya untuk tidak bergeges menilai seseorang tanpa mengenal lebih dalam. Menilai salah akan bersikap salah juga. Saya mulai paham dengan cara ia berkomunikasi. Sungguh mulai pemilik jasa pencucian yang berkenan memberi ruang bagi difabel untuk tetap berkarya. Ternyata saya selama ini sempat jengkel yang tak beralasan. Pernahkan Anda mersa jengkel tapi tanpa alasan?
No comments:
Post a Comment