“Ini tempat kami simpan kopi, harus disimpan dua tahun, First In First Out, kalau kuliah harus
sampai S2 atau S3 baru lulus” tutur Widyapratama. Pria paruh baya itu dengan
lincah menjelaskan bagaimana kopi Aroma diproduksi. Baju coklat jadi seragam
kerja kala mengolah kopi. Di sela
mengawasi proses produksi dan memantau kopi yang disangrai menggunakan tidak
segan melayani permintaan pelanggan untuk sekadar berfoto atau ingin melihat
tempat pengolahan kopi.
Cuaca bagi Widya bukan kendala untuk jemur kopi. Saat musim
kemarau kopi yang berasar dari Aceh hingga Papua dijemur dan disimpan selama
dua tahun. “Dua tahun harga mati, tidak bisa ditawar untuk menjaga keasaman dan
kualitas kopi”, tutur pewaris tunggal putra tunggal dari Tan Houw Sian.
Toko sekaligus pabrik Kopi Aroma menempati bangunan di jalan
Banceuy 51 Bandung. Bangunan tua yang
kental dengan nuansa China Town di area Pasar Baru. Untuk mengenali bisa
diidentifikasi dari bau, jarak meter sudah tercium aroma kopi yang wangi. Meski telah terkenal, dan konon pernah
ditawari untuk membuka café oleh lain namun tidak ditolak oleh pria yang juga berprofesi
sebagai seorang dosen. Aroma Kopi seakan tidak canggung menjalankan bisnisnya berdampingan
dengan pedagang kaki lima di sekitar tempat usahanya, bahkan yang marak penjuam suku cadang kendaraan dan lebih mirip pasar loak di daerah Gembong Surabaya.
“Kerja harus jujur, kerja tidak bisa terima dari dua pihak,
satu jujur tapi satu lainya dari tidak jujur,” imbuhnya sambil mengelap
keringat yang meleleh di dahi. Maklum di ruang produksi sangat panas karena
sangria menggunakan kayu bakar. Kualitas kopi Aroma diminati banyak warga.
Nampak dari rombongan wisatawan berbahasa Mandarin rela antri demi Kopi Aroma
yang dijual dalam kemasan 250 gram dengan bandrol Rp 20,000. Yang terkenal
jenis Arabika dan Robusta. Asal tahu saja masih ada jenis lain berdasar asal
kopi, diantaranya Aceh, Toraja, Lampung dan seterusnya. Pak Bondan, pemilik Kopitiam Oey dengan jargon Koffie Mantep, Harganja Djoedjoer pernah disalah satu twitnya
jujur mengakui jika menggunakan Kopi Aroma.
Untuk menghasilkan kopi yang baik dan diminati banyak orang
membutuhkan proses yang panjang. Mulai pengeringan hingga penyimpanan hingga
dua tahun hingga delapan tahun. Rupanya proses ini yang benar-benar dijaga oleh
pria yang kerap dipanggil Widya ini. Kalau kita pernah merasakan kopi rasanya
asam ada dua kemungkinan, proses penyimpanan yang singkat atau metode menyeduh
kopinya yang kurang tepat. Kopi membutuhkan air suhu tinggi untuk melepaskan
rasa asam. Seperti kopi yang berkualitas, di jaman yang serba instant jangan pernah ragu untuk mengikuti
proses. Mungkin itu dibutuhkan keringat dan air mata, tapi hasilnya akan
memuaskan.
No comments:
Post a Comment