Terlepas itu masih relevan pada era saat ini, kurang lebih pelajaran yang dapat dipetik adalah jangan membeli kucing dalam karung. Seperti layaknya sebuah klub bola yang belanja uang besar untuk membeli pemain berkelas tapi tidak kunjung memberi kontribusi apapun untuk tim. Bicara tentang pemain bola seperti itu saya ingat dengan Torres yang dibeli Chealsea dari Liverpool. Gol pertamanya baru tercipta pada pertandingan ke-14 atau setelah bertanding dengan total lebih dari 732 menit. Banyak factor yang mempengaruhi, diantaranya penyesuaian gaya permainan tim, komunikasi dalam tim, dan seterusnya.
Apakah dengan menimbang bibit bebet bobot akan menjamin segalanya berjalan baik-baik saja? Pernikahan diibaratkan naik sebuah roller coaster. Banyak hal yang sudah diketahui maupun belum diketahui akan muncul. Sifat asli akan muncul dalam perjalanan, tergantung bagaimana masing-masing pihak menyikapi perubahan.
Suatu ketika saya pernah bertemu dengan seorang wanita yang selalu termenung dan kemudian saya ketahui berstatus janda dengan satu anak dan keduanya positif HIV. Ibu itu tertular dari suami yang sudah meninggal enam bulan lalu. “Saya memang tidak tahu kalau suami saya terinfeksi HIV, memang sih saya tahu kalau dia nyuntik. Kalau bisa saya gali, saya akan gali kubur suami karena sudah tularkan ini” kata Ibu itu dengan semangat. Saya hanya bisa merespons dengan menganguk saja. Perdebatan akan muncul jika saya keberatan atau membela ibu itu. Perdebatan pihak yang salah dalam transmisi virus itu menurut saya tidak akan berakhir seperti mendiskusikan mana yang dahulu antara telor atau ayam. Menerima pasangan apa adanya akan lebih memotivasi pasangan dan diri sendiri untuk terus melanjutkan. Mungkin orang terdekat Robert Rayford juga kaget ketika harus meninggal dunia pada usia 16 tahun karena tidak berfungsinya sistem kekebalan tubuh yang mengakibatkan infeksi oportunistik. Baru pada tahun-tahun selanjutnya diketahui bahwa penyebabnya adalah HIV. Pada saat itu juga tidak ada yang disalahkan atau didiskriminasikan karena pengidapnya. Hasil penelitian yang mengungkap transmisi diantaranya penggunaan peralatan medis dan perilaku seks dan pengobatan virus tersebut membuat stigmah tersendiri.
Bukankah life must go on? Memang ada beberapa yang mengatakan bahwa ini sebagai kutukan, meskipun tidak benar. Tapi penelitian terus dilakukan untuk penanganan ini. Bagi yang terjangkit juga telah mendapatkan ART yang menurut pendapat pribadi saya sama seperti penderita diabetes, kolestrol. Kemenag kita, Dahlan Iskan yang belakangan ini ngamuk di gerbang tol (semoga bukan karena lupa minum obat darah tinggi ya Pak hehehehe) juga mengaku harus minum obat setiap pagi sebagai konektor hati barunya. Layaknya penderita diabetes yang disarahkan memperhatikan 3 J, jadwal- jenis –jumlah untuk pola makan seperti iklan Diabetasol atau yang berpotensi kolestrol tinggi memperhatikan opla makan. ODHA juga disiplin menjaga disiplin menjaga pola hidup. Bagi ODHA atau pasangannya yang menerima ART, pertama khususnya ibu pada masa awal kehamilan sampai menjelang kelahiran maka anaknya resiko tertular berkurang. Kedua, menurunkan resiko penularan sebesar 80% pada pasangan. Bukankah hidup mati ini ada di tangan Tuhan dan mengampuni lebih baik?
Jika masih ada cinta di hatimu
Maka maafkanlah segala kesalahan
Cintailah cinta
Bila kamu bisa ’tuk memaafkan
Atas kesalahan manusia
Yang mungkin tak bisa dimaafkan
Tentu Tuhan pun akan memaafkan
Atas dosa yang pernah tercipta
Yang mungkin tak bisa diampuni
No comments:
Post a Comment