Hari ini sempat bicara dengan Jeyson tentang sekolah
barunya. Seragam baru, lingkungan baru. Kata Jeyson di sekolah banyak guru yang
masih muda, beda dengan guru di sekolah-sekolah terdahulunya. Malah ketika di
TK guru yang akrab dipanggil Bu Mar seusia Eyang Putri di Surabaya. "Muda seperti ayah bukan eyang putri, malah ada yang lebih muda lagi" kata Jeyson. Dalam hati saya mengamini, mungkin raut saya kalau ada cermin saat itu nampak berbinar karena masih kategori muda menurut Jeyson.
Bagi saya yang menarik dengan keberadaan para pendidik muda seperti
kata Jeyson. Terlepas dari tidak ada pilhan lain untuk bekerja atau memang
pilhan bekerja sebagai seorang guru. Ada beberapa faktor menurut saya membuat
orang jatuh pilhan menjadi guru mengingat dulu ada istilah guru tanpa tanda
jasa. Jadi guru adalah pengabdian kurang lebihnya kalau saya terjemahkan
begitu. Harus memiliki integritas, harus punya beban dan tulus seperti layaknya
pilihan menjadi seorang jurnalis atau rohaniwan. Pilihan itu harus dibarengi
sikap itu, jika tidak bisa dibayangkan misalnya rohaniwan bisa gadaikan ayat suci
demi memperkaya diri, memberi informasi yang tendensius atau melukai orang
lain.
Pertemuan saya dengan
beberapa pengajar sepertinya sekarang mulai serius ditekuni, tak
tanggung-tanggung ada yang mendalami studi kependidikan sampai luar negeri. Perdalam
ilmu hingga luar negeri bukan hanya ahli ekonomi, atau kalau meminjam istilah
Benyamin S. dalam sinetron Si Doel Anak
Betawi dengan Tukang Insinyur untuk
sebutan sarjan tehnik, tapi juga ilmu kependidikan dalam semua tingkat.
Menjadi agen perubahan bisa lewat banyak jalan. Kalau tahun
1998 pemuda dan mahasiswa meneriakkan reformasi untuk demokrasi politik.
Mungkin sudah saatnya sekarang setelah 15 tahun reformasi dengan sebagai agen
perubahan dalam pendidikan. Mau disambut
gembira dan optimis atau nyinyir, tapi dalam Kompas, 9 Juli 2013 : 69,4 persen
lulusan SMA pilih jadi guru. Pertanyaan berujung pada atas dasar apa mereka
memilih belajar dalam bidang pendidikan? Apa tergiur tunjangan? Padangan selalu
ada pro dan kontra, ada yang menilai subyektif. Tapi inilah ruang umum, bisa
bicara apa saja untuk membangun kebenaran obyektif untuk hidup bersama. Seorang kawan saat ini menjadi kepala sekolah yang dapat dibilang keren dan maju di salah Jakarta Barat pernah bertutur kalau awalnya memang menjadi guru, tapi ketika akan menikah pindah kerja di salah satu perusahaan consumer good. Alasanya simple, untuk meyakinkan mertua karena jadi guru gajinya kalah dengan pekerja di perusahaan. Setelah lima tahun bekerja di bagian riset dan pengembangan dengan posisi senior, akhirnya memilih kembali ke profesi awal sebagai guru sampai sekarang menjadi kepala sekolah. Itu dengan catatan seijin mertua. "Kalau sudah jadi panggilan kagak ada yang lawan deh", kata kawan seorang guru yang berlatar belakang sarjana fisika itu.
Saya optimis kalau mereka yang memilih pendidikan guru akan menjadi agen perubahan lewat pendidikan. Ada yang bilang integritas dan ketulusan sebagai pendidik tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, sama seperti lirik lagu DEWA 19, “Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, beri aku sedikit waktu biar cinta datang karena terbiasa”.
Saya optimis kalau mereka yang memilih pendidikan guru akan menjadi agen perubahan lewat pendidikan. Ada yang bilang integritas dan ketulusan sebagai pendidik tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, sama seperti lirik lagu DEWA 19, “Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta, beri aku sedikit waktu biar cinta datang karena terbiasa”.
Pembicaraan terakhir dengan Jeyson yang paling penting yakni, “Pak, di sekolah ada lapangan basket dan lapangan bola yang luas”. Jawabku singkat, “Oh gitu ya? Enak dong puas main bola, jangan lupa kalau sudah jam masuk kelas ya” Pada dasarnya manusia adalah ‘homo educationis’, yaitu makhluk yang bisa untuk dididik dan bisa berubah dari satu kondisi ke kondisi lain, baik dalam hal kebiasaan, cara berpikir, selera, dan lain‐lain. Ketika pada nanti di tenagh jalan ada sesuatu yang mengganggu perjalanan pendidik yang jumlahnya 69.4 persen dari lulusan SMA, ada peran penting yang penting dari kita semua untuk ingatkan kebutuhan pendidikan bagi anak-anak kita.
Apa kamu yang muda ingin jadi agen perubahan lewat pendidikan anak-anak Indonesia?
No comments:
Post a Comment