Thursday, December 13, 2012

Antiseptik Kesalahan

Cuci tangan bukan hanya sekedar ritual yang perlu dilakukan sebelum makan atau sebelum tidur. Untuk alasan kesehatan sebegaia salah satu indicator Child Well-Being , PBB melakukan kampanye melalui gerakan  Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. Kampanye ini dilatar belakangi oleh upaya penurunan angka kematian bayi dimana lebih 5000 balita penderita diare meninggal setiap hari di dunia sebagai akibat kurangnya fasilitas sanitasi dan pendidikan kesehatan. Pada masyarakat Indonesia yang sistem kepercayaan dianut secara turun temurun, setelah bepergian harus cuci tangan dan kaki agar kontaminasi “mahluk halus” tidak menempel.

Terlepas dari dua alasan itu, memang kalau kita sadari atau tidak tiap aktifitas kita tidak lepas dari bersentuhan dengan orang lain baik secara langsung atau tidak. Ketika melakukan pembayaran dengan uang sebagai alat tukar juga pernah dipegang oleh orang lain yang tidak terdeteksi dengan kasat mata ada virus apa. Hidup di Jakarta bisa kapan saja terpapar virus. Ini bisa diakibatkan oleh kualitas hidup masyarakat yang tidak sama, polusi di mana-mana. Apalagi yang tidak bermodal banyak, kemana-mana naik angkutan umum dan jalan kaki. Naik kereta atau angkkutan umum dan tidak kebagian tempat duduk memanksa kita menyentuh bagian badan kendaraan yang sebelumnya dipegang orang lain. Di rumah kita juga tidak lepas dari benda yang tercemar, misalnya kita kaan membuang sampai, sampai sikat kamar mandi. Tidak mungkin kita terlepas dari paparan virus.


Tidak ada rotan, akarpun jadi.  Ungkapan ini yang bisa kita terapkan dalam situasi apapun. Tuntutan untuk tetap sehat tapi kita tidak bisa mengelak dari sakit. Seperti tenaga medis yang menangani pasien dari berbagai latar belakang dan jenis penyakit juga dituntut tetap sehat. Oleh karena itu seperti di RS Persahabatan disediakan cairan pencuci tangan, antiseptik, atau sanitasi tangan atau istilah keren yang sering digunakan  hand rub seperti gambar diatas. Konon cairan ini dikenalkan pada awal abad 21. Sesuai dengan fungsinya agar digunakan kapan saja, antiseptic ini berbentuk cair, atau jelly berbahan dasar alkohol atau etanol. Mengenai efektifitas membunuh kuman masih terjadi perdebatan dikalangan pemerhati kesehatan. Efektifitas dalam membuh kuman yang menempel pada tangan masih dibutuhkan air dan sabun. Dua merek sabun yang slogan untuk membunuh kuman adalah Lifebuoy dan Dettol. Air yang digunakan cuci tangan juga harus bersih dan mengalir, bukan seperti kobokan di restoran Padang, Sunda atau lalapan khas Jawa Timur. Kalau Anda perhatikan dengan cermat, di beberapa toilet bandara sudah diberikan informasi untuk menjaga kebersihan ketika menggunakan toilet. Salah satu fasilitasnya adalah menggunakan sistem sensor untuk mengalirkan air di wastafel atau diberi pentuk untuk menekan kran dengan tissue agar tidak bersentuhan dengan benda yang memiliki peluang memindahkan virus ke bagian tubuh kita.

Jika di rumah sakit difasilitasi dengan cairan pencuci tangan, demikian dengan di kantor dan pabrik-pabrik. Karyawan sehat, produktifitas meningkat. Sehingga tidak ada yang disalahkan jika karyawan tidak produktif karena sakit.
 
Dua merek sabun yang saya sebut diatas dalam iklan promosi snediri tidak berani mengklaim telah seratus persen membunuh kuman yang menempel di tangan. Intinya tetap dibutuhkan cuci tangan untuk mencegah terpapar virus. Tapi hindari perilaku cuci tangan ala Pontius Pilatus sebagai tanda tidak bersalah. Cuci tangan ala Pontius Pilatus tidak serta merta membuat dia terhindar dari rasa bersalah karena menghukum orang yang tidak bersalah. Saya juga pernah salah mengambil keputusan. Untuk keputusan saya pribadi  mungkin tidak terlalu banyak yang harus tanggung dampaknya. Tapi kalau keputusan saya salah menyangkut orang lain akan banyak pengaruhnya, bagi dia pribadi juga keluarganya. Jadi perlu tindakan reflektif untuk mengakui dan merevisi keputusan salah. Sama seperti upaya cuci tangan untuk cegah terpapar virus, juga perlu upaya sadar diri kalau kita tidak bisa terhindar dari sakit.

No comments:

Post a Comment