Coba Anda lakukan pencarian lewat mesin peramban Google
dengan kata kunci makanan pokok NTT. Maka posisi teratas akan menemukan jagung
sebagai makanan pokok warga provinsi NTT. Provinsi berpenduduk 4.899.260 jiwa ini pantas saja mengandalkan jagung
kemudian diikuti oleh ubi sebagai sumber makanan pokok. Faktor ketersedian
lahan basah untuk menanam padi tidak seperti di Jawa.
Saya pernah menulis tentang jagung sebagai sumber makanan
pokok masyarakat NTT, yakni Jagung
Bose yang Tiga Kali Harga Beras. Setahun lebih berlalu dari menulis itu, 19
Desember 2013 saya ada kesempatan lagi mengunjungi Kupang, ibu kota Nusa Tenggara
Timur. Baliho kampanye bangga konsumsi pangan lokal memang sudah tak nampak
lagi di perempatan jalan W. J. Lalamentik dan El Tari. Mungkin program itu
sudah berhasil.
Sehari berselang ada tugas mengantar mertua ke pasar yang
berniat menyiapkan kebutuhan dapur dan meja makan menjelang natal, terlebih
lebih lagi menantu datang dari jauh. Pilihan belanja jatuh ke Pasar Inpres dengan
alasan sudah langganan dan tawar menawar harga. “Maklum menjelang hari raya
natal harga suka mulai ngawur,” kata mama. Tanpa menolak saya bergegas
mengarahkan kemudi ke pasar yang terletak di bilangan Naikoten. Saya selalu
semangat jika pergi ke pasar tradisional, di sana bisa jadi cermin kehidupan masyarakat
umumnya, apalagi makanan lokal. Pola interaksi dan transaksi ada di sana.
Tindakan jujur dan adil salah satunya ada di pasar.
Entah benar atau salah, aturan bahwa yang terjangkau yang
akan dikonsumsi. Semakin mahal semakin dihindari agar dapur tetap mengepul. Di lapak
penjual beras di antara karung-karung beras, ada kacang dan jagung. Saya
tergoda tanya harga beras disela-sela transaksi jagung yang kelak akan kami
masak dan menyantap dengan ikan. Beras
dengan kualitas baik dibandrol Sembilan ribu per kilo. Masih tetap lebih mahal
harga jagung yang nota bene makanan pokok masyarakat NTT yang dijual 12 ribu
per kiloa.
Biar saja baliho kampanye ajakan untuk kembali ke pangan
lokal berganti tema yang lain dengan menyematkan gambar pak gubernur dan wakil.
Pasar Inpres yang berjarak tak lebih dari kantor gubernur NTT bisa jadi penanda
pangan lokal masih murah. Memang pilihan konsumsi bahan pangan ada di tangan
masyarakat. Tapi pilihan itu jatuh bergantung pada kondisi kantong
masing-masing. Jadi pilhan untuk percaya atau tidak pada ujaran-ujaran petinggi
dan kampanye juga terserah masyarakat? Kalau saya lebih percaya ketika jagung lebih murah dari beras yang datangnya dari luar NTT. Harga jagung yang lebih murah bikin bahagia dan bangga ketika makan. Karena Jagung adalah kunci.
No comments:
Post a Comment