Akhir Januari 2013 ini adalah bulan
ketiga saya di tempat kerja yang baru. Setelah bekerja di organisasi dengan
fokus pelayanan pada anak, saat ini saya bekerja di organisasi yang masih
memiki fokus yang sama pada anak tapi secara spesifik pada pendidikan anak.
Memang pada organisai yang lama
hanya tiga bulan bekerja yang mungkin bagi sebagian orang ini bisa dipersepsi
negative. Ya, hanya tiga bulan bekerja dan berpindah ke tempat baru layaknya
kutu loncat. Tapi bukan saya tidak menyelesaikan tanggung jawab, tapi memang
dibuka kesempatan kepada saya maupun organisasi untuk memilih melanjutkan atau
tidak. Tapi baiklah ini tidak perlu diperdebatkan, tapi hubungan kerjasama yang
diakhir bukan berarti mengakhiri hubungan pertalian pertemanan. Di organisasi
lama saya banyak memperoleh kesempatan berharga dengan orang-orang yang
memiliki kompetensi dan passion pada
upaya advokasi anak.
Perpindahan seseorang pemain atau
pelatih dari satu klub ke klub lain lazim terjadi. Mario Balotelli dan Mourinho
pernah bersama di Inter Milan. Sebelum Balotelli memutuskan pindah ke
Manchester City, ia ditawari Mourinho ke Madrid. Dua orang itu pernah saling
berselisih ketika di Inter. Balloteli juga gamang atas tawaran klub lain, namun
atas saran Mou, akhirnya ia melabuhkan di Manchester City sebagai dermaga
tempat ia berkarir sebagai pemain bola. Hubungan antar pribadi memang kerap dibubuhi
berbagai warna.Tidak jarang kita bertemu dengan orang yang mudah kerja sama dengan siapapun. Di lain sisi juga kita temui orang yang susah kerjasama dengan orang lain. Padahal saat interview biasanya ditanyakan, "Apakah anda siap jika berkerjasama dalam tim atau orang lain?" Demi diterima kerja pasti jawab,"Ya saya siap" Seiring berjalannnya waktu dan tugas yang menghimpit, pertanyaan yang mirip dilakukan saat diucapkan janji nikah, "Apakah kamu menerima pasanganmu dalam keadaan apapun?" Semua jadi lupa kalau kita menyatakan siapo bekerjasama, menghormati dan sanggup bekerja dalam situasi lintas etnis dan budaya.
Komunikasi yang terjalin dalam
sebuah organisasi menurut Weber diantaranya membutuhkan hirarki dan regulasi.
Mungkin gesekan antara Mou dan Baloteli karena relasi yang dipengaruhi situasi
oraganisasi, yakni Mou sebagai manajer tim dan Balotteli sebagai pemain yang
melakukan arahan dan konsep bermain dari Sang Manajer. Namun diluar itu mereka
memiliki relasional tidak sebatas yang dikungkung oleh hirarki dan regulasi
tim. Selebihnya mereka kerap berdiskusi, buktinya Balotelli tidak salah dengan
pilihannya ke Mancity. Karirnya mentereng dan dia menjadi penyerang yang
disegani lawan, rekan satu tim dan Manchini. Apakah The Spesial One mengirim surat tagihan setelah
‘Super Mario’ julukan Balloteli melakukan
diskusi berkaitan dengan karir bermain bolanya layaknya sseseorang
berkonsultasi dengan penasihat hukum atau konsultan pajak? Saya tidak tahu
pasti. Namun yang jelas dalam buku TheMOUWay tulisan @Gheeto mereka berdua
tidak dalam sebuah hubungan transaksional ketika memeberikan saran kepada Balloteli.
Mou menawarkan untuk bermain bersamanya di Madrid, selebihnya pilihan ada di
tangan Balloteli.
Masih teringat dengan orang-orang
di kantor lama. Apalagi saya pernah sampaikan saat meninggalkan kantor di Batu,
“hubungan kita timeless relationship
karena ketika melihat kedua anak saya mengingatkan masa-masa di kantor ini”.
Saya meyakini kalau orang-orang yang pernah kita temui bukan bukan sekadar ‘kebetulan’.
Jadi ketika kita masih bersama buatlah yang terbaik.
No comments:
Post a Comment