Monday, April 4, 2011

Aceh, Mulai Resto Sampai Kaki Lima

Tidak telalu lama, hanya seminggu menginjakkan kaki di Aceh. Kapan pastinya saya ke Aceh juga tidak terekam dengan baik. Tapi yang pasti hari kedatangan saya bersamaan dengan Hasan Tiro pulang kampung pertama kalinya. Lautan manusia menanti kedatangan sosok yang dijulik Wali Aceh.

Ingatan terhadap Aceh bukan hanya itu saja. Tempat-tempat yang menyajikan makanan di Aceh juga menimbulkan kangen. Saya coba mengingat, meski tanpa klasifikasi yang jelas. Mulai yang resto, sampai kelas kaki lima.

1. Padang Bunda. Rumah makan Padang yang konon masih satu pengelola dengan Pante Pirak ini harganya selangit, tapi terbalas dengan cita rasa yang disajikan.
2. Resto Banda. Satu lagi rumah makan yang harganya selangit, tapi kepiting saus aceh rasanya ‘ciamik soro’. Kalau bisa makannya rame-rame. Maksudnya biar ringan memikul tagihannya.
3. Sate Matang. Di pusat makanan Rex, depan Hotel Medan dapat ditemui. Sate matang bukan berarti ada sate yang mentah. Matang adalah nama daerah di Aceh.
4. Mie Kepiting. Tempatnya masih sama, di Rex, tepatnya pojokan Pace Bene.
5. Ayam Tangkap. Secara cara masak seperti ayam goreng biasa. Tapi ada beberapa bumbu yang sengaja tidak dihaluskan dan daun jeruk digoreng. Hasil akhirnya daun jeruk berasa seperti kripik. Jangan kaget ukuran potongannya kecil-kecil. Mungkin satu ekor dipotong jadi 30-40.
6. Kopi Taufik, daerah kampung Mulia. Sering saya kunjungi karena kantor saya di Aceh juga daerah kampung Mulia. Relatif sama semua kopi Aceh. Sebenernya ada juga satu yang pernah saya kunjungi beberapa kali. Namanya Pocut Baren, patokannnya dekat GPIB. Sambil ngopi, cemilan andalan roti srikaya dan tak ketinggalan bisa menikmati aksi barista menyajikan kopi.

Yang terakhir ini bukan saja tempat minum kopi dan nongkrong. Tapi banyak hal yang dibicarakan oleh mereka. Mulai dari hal yang bersifat pribadi, bisnis, sampai keurusan politik.Mungkin kalau lebih lama disana saya bisa merekomendasikan makanan yang lain.

No comments:

Post a Comment